Jejak Geologi, Terbentuknya Daratan Pulau Lombok di Buku TWA Gunung Tunak -->

Jejak Geologi, Terbentuknya Daratan Pulau Lombok di Buku TWA Gunung Tunak

Jumat, 03 Februari 2023, Jumat, Februari 03, 2023

 

FOTO. Inilah buku TWA Gunung Tunak, karya H. Khaerul Anwar. 







MATARAM, BL - Salah satu jurnalis senior NTB, Khaerul Anwar, kembali meluncurkan sebuah buku. Kali ini, mantan jurnalis Kompas itu menerbitkan buku berjudul TWA Gunung Tunak 'Hutan Musim Dataran Rendah'.


Khaerul mengatakan, buku yang ditulisnya ini, menggambarkan sekilas tentang atraksi wisata yang bisa ditawarkan kepada wisatawan dalam dan luar negeri di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak, Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah (Loteng).


"Dengan lokasi TWA yang berdekatan dengan sirkuit Mandalika, maka hadirnya buku ini akan banyak menarik wisatawan untuk datang ke TWA ini," ujar dia pada BERITA LOMBOK, Jumat (3/2). 


Menurut Khaerul, TWA seluas 1.219,97 ha ini, dirintis tahun 2013 lalu. Saat itu, dimulai dengan pembangunan infrastruktur jalan, fasilitas penerangan listrik di luar kawasan dan dalam kawasan. 


Selanjutnya, TWA Gunung Tunak, ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam, pariwisata dan rekreasi 16 April 2014.  


Kemudian atas kerjasama  Korea Indonesia Forest Service/KIFS dengan Pemerintah Indonesia (Ditjen BKSDA Kementerian LHK) memberikan dana hibah sebesar Rp 25.920 miliar.


"Dan, dari Kementerian LHK menyumbang Rp 6.127 miliar. dana-dana yang disalurkan selama kurun waktu 2013-2017 itu, ditambah lagi gelontoran dana Rp 8 miliar dari Pemerintah tahun 2018, digunakan untuk membangun antara lain fasilitas penunjang: pembangunan jalan, pengelolaan wisata, penyediaan jaringan air bersih dan instalasi listrik, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pembentukan kelompok sadar wisata ‘Tunak Bersatu’, dan Masyarakat Mitra Polisi Hutan/MMP," jelas Khaerul.



FOTO. H. Khaerul Anwar dengan Gitar Banjo yang selalu menemaninya. 


Ia memaparkan, bahwa dana-dana itu juga digunakan membangun home stay, visitor center, gedung serbaguna, guest house, cottage & restoran, sanctuary rusa Timor, pusat ekologi kupi-kupu dan camping ground. 


Sedangkan, lanjut Khaerul, fasilitas sarana dan prasarana itu, diresmikan pada tanggal 6 Maret 2018 lalu. 


"Hadir saat itu Sekda NTB Rosiadi Sayuti (mewakili Gubernur NTB Zainul Majdi), dan Ko Ki Yeon, Director General International Affair Korea Forest Service," ucap dia. 


Khaerul menejelaskan, dalam buku yang dituliskannya itu, kehadiran TWA ini,  untuk membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lingkar kawasan, sekaligus memanfaatkan posisi strategisnya dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, yang berjarak 5 km arah barat TWA. 


Terlebih, kata dia, salah satu yang bisa dijual dari TWA ini, adalah kawasan jejak geologi terbentuknya daratan pulau Lombok, yang dimulai dari selatan setelah letusan gunungapi bawah laut (submarine) 30 juta tahun silam. 


Kemudian kawasan tempat tumbuhkembangnya puluhan jenis flora dan fauna, memiliki pantai berpasir putih, yakni Pantai Bile Sayak, dan Pantai Dari Goang, selain tempat tumbuh-kembangnya fauna dilindungi, burung gosong kaki merah, dan spot foto burung Buntut Sate Putih. 


"Dari kekayaan floranya, kawasan ini bagaikan ‘toko serba’ sebagai bahan obat herbal, yang sekaligus menggambarkan bagaimana mengungkap rahasia sehat orang Sasak," papar khaerul.


"Penting di ingat, TWA Gunung Tunak adalah satu-satunya Kawasan Hutan Dataran Rendah yang Tersisa di Lombok," sambung penggemar musik country tersebut. (R/L..).

TerPopuler