Ziarah ke Makam Gus Dur dan KH Hasyim Asy'ari, Rachmat Sebut Pemikiran Gus Dur Menginspirasi Bangsa Indonesia -->

Ziarah ke Makam Gus Dur dan KH Hasyim Asy'ari, Rachmat Sebut Pemikiran Gus Dur Menginspirasi Bangsa Indonesia

Senin, 13 Maret 2023, Senin, Maret 13, 2023

 



FOTO. Ketua DPD PDIP NTB H. Rachmat Hidayat saat bersama Ketua DPC PDIP Sumbawa Abdul Rafiq dan Hakam Ali Niazi saat melantunkan doa di pusaran Makam Gus Dur di Ponpes Tebuireng, Jombang. 


 






MATARAM, BL -  Ketua DPD PDIP NTB H. Rachmat Hidayat ternyata juga mengagumi sosok kepemimpinan Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid. 


Menurut Anggota DPR RI Dapil Pulau Lombok itu, Presiden RI yang ke 4 itu selalu memberikan inspirasi dan menyikapi setiap masalah dengan santai. Bahkan, sikap humor dan nyeleneh itu sangat menginspirasi siapapun. 


"Sikap kepemimpinan Gus Dur yang nyeleneh dan penuh humor itu, enggak ada lawannya oleh   pemimpin manapun. Dialah sosok pemimpin negeri ini yang telah  membawa angin kesejukan bagi tumbuhnya sebuah iklim demokrasi yang sejuk. Tentunya, dengan sikap toleransinya sangat tinggi menjadi pembeda yang dikenang hingga kini dan kapanpun," ujar Rachmat Hidayat saat berkunjung dan ziarah ke makam Gus Dur di komplek kawasan Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, Jawa Timur (Jatim), Senin (13/3).


Haji Rachmat datang bersama ratusan kader PDIP NTB dan tiba di Ponpes Tebuireng sekitar pukul 12.30 WIB. Kedatangan Rachmat disambut oleh Ikatan Mahasiswa Sasak Lombok Regional Tebuireng Jombang yang diketuai oleh Lalu Nanda Wijaya.


Hanya saja, oleh pengelola Ponpes Tebuireng, rombongan PDIP NTB yang diperkenankan masuk kedalam pusaran makam Gus Dur adalah sebanyak lima orang. Hal itu lantaran, komplek makam tersebut tengah dalam proses renovasi. 


Mereka di antaranya, Ketua DPD PDIP NTB H. Rahmat Hidayat, Hakam Ali Niazi dan Abdul Rafiq (Ketua DPC PDIP Sumbawa). Sedangkan, ratusan kader lainnya menunggu di pintu masuk komplek makam tersebut. 


Adapun doa dan zikir hingga tahlil dipimpin Ustad  Humaidi. Terpantau, hampir satu jam lamanya, Haji Rachmat dan perwakilan kader PDIP NTB berdoa dengan khusuk di makam Gus Dur hingga KH Hasyim Asy'ari. 


Usai melantunkan doa, Haji Rachmat selanjutnya  menaburkan bunga di pusaran makam Gus Dur dan KH. Hasim Asy'ari di komplek Ponpes Tebuireng. 


Haji Rachmat mengatakan, kedatangannya  hanya ziarah saja ke makam para tokoh bangsa. Sebab, sebelumnya, ia dan ratusan kader PDIP NTB menyempatkan mengunjungi makam proklamator bangsa Indonesia dan kini berlanjut ke Gus Dur dan KH Hasyim Asy'ari. 


"Jadi, sebenarnya sudah lama mau kesini cuma waktu yang cocok yah hari ini. Kebetulan ada program partai menjelang Pemilu 2024, maka saya mengajak kader PDIP NTB datang kesini," ungkap Rachmat. 


FOTO. Anggota DPR RI dapil Pulau Lombok H. Rachmat Hidayat saat memberikan pengarahan pada ratusan kader PDIP NTB di setiap bus yang ada agar sebelum memasuki areal makam Gus Dur untuk berziarah perlu untuk menjaga hati dan pikiran serta mengedepankan adab Ziarah Kubur. 


Rachmat menegaskan, alasannya mengunjungi area makam Gus Dur di Ponpes Tebuireng Jombang karena banyak tokoh yang dahulu pernah berjuang untuk bangsa.


Karena itu, spirit perjuangan para pendahulu bangsa harus terus digelorakan oleh para kader PDIP di NTB. Terlebih, sudah menjadi kewajiban kader untuk terus membumikan jiwa Pancasila dan nilai-nilai kepahlawanan. 


"Jiwa ksatria para pahlawan yang sudah berjuang mempertaruhkan diri pada bangsanya,  adalah panggilan jiwa sebagai gerak spiritualitas yang menempatkan prinsip ketuhanan sebagai hal yang hidup. Ini harus ditiru dan diteladani oleh para kader PDIP NTB untuk bisa memenangkan pertempuran di Pemilu 2024," jelas Rachmat Hidayat. 


"Untuk Gusdur dan KH. Hasyim Asy'ari, ide Untuk organisasi NU ini merupakan organisasi yang besar, dan punya kontribusi besar juga dalam membangun negara dalam bentuk pesantren," sambung dia. 


Seperti yang diketahui, area makam Gus Dur berada di komplek pemakaman keluarga Tebuireng. Di area makam tersebut juga ada makam Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri Pesantren Tebuireng sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang juga kakek dari Gus Dur. Lalu di sebelah barat makam Gus Dur, ada makam adik kandung Gus Dur, yakni KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah, serta makam ayahnya, KH Wahid Hasyim


*Pesantren Tebuireng Lekat dengan KH. Hasyim, Gus Dur dan NU


FOTO. H. Rachmat Hidayat saat bergegas masuk ke dalam makam Gus Dur dan KH Hasyim Asy'ari di komplek Ponpes Tebuireng, Jombang 


Pondok Pesantren Tebuireng didirikan salah satu pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, pada 26 Rabiul Awal, 1317 Hijriah, atau 3 Agustus 1899 Masehi, di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang.


Pondok ini semula sebuah bangunan kecil berdinding anyaman bambu berukuran 6 x 8 meter. Bangunan sederhana itu disekat menjadi dua bagian. Bagian belakang dijadikan tempat tinggal KH Hasyim istrinya, Nyai Khodijah, dan bagian depan dijadikan musala. Saat itu santri KH Hasyim hanya delapan orang dan tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.


Keberadaan pondok ini sempat mendapat sambutan negatif dari masyarakat setempat yang belum taat beragama Islam. Namun dengan kewibawaan KH Hasyim, masyarakat akhirnya sadar dan mengikuti ajaran-ajaran budi pekerti Islam yang diajarkan KH Hasyim.


Sebagai pendiri NU, KH Hasyim melahirkan anak dan cucu yang tidak hanya memberi kontribusi besar bagi NU melainkan juga bagi bangsa Indonesia. Salah satu putra KH Hasyim, KH Wahid Hasyim, merupakan Menteri Agama pertama Indonesia. Karisma KH Hasyim dilanjutkan cucunya atau anak KH Wahid, KH Abdurahman Wahid, yang akrab dipanggil Gus Dur.


Selain sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beberapa periode, Gus Dur juga pernah menjadi Presiden RI keempat selama tahun 1998-2001. Gus Dur yang dikenal sebagai seorang demokrat dan pluralis juga aktif dalam forum-forum internasional.  Ketiganya dimakamkan di kompleks pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng.


FOTO. Inilah komplek Ponpes Tebuireng di Jombang, Provinsi Jawa Timur. 


Setelah KH Hasyim wafat, Pondok Tebuireng diasuh KH Yusuf Hasyim, paman Gus Dur. Setelah KH Yusuf wafat digantikan adik Gus Dur, KH Salahudin Wahid, yang akrab disapa Gus Solah, hingga sekarang.


Dalam perkembangannya, Pondok Pesantren Tebuireng memiliki berbagai lembaga pendidikan formal maupun informal mulai dari sekolah tingkat dasar, menengah, dan atas serta perguruan tinggi. Sejak Gus Dur wafat dan dimakamkan di Tebuireng, kompleks pemakaman setempat jadi tujuan ziarah dan wisata religi masyarakat di Jawa Timur maupun Jawa dan luar Jawa.  (**).

TerPopuler