Belajar dari Terpilihnya Bongbong Marcos di Filipina, DPP GMNI Ajak Milenial Pilih Pemimpin yang Bukan Instan -->

Belajar dari Terpilihnya Bongbong Marcos di Filipina, DPP GMNI Ajak Milenial Pilih Pemimpin yang Bukan Instan

Kamis, 23 November 2023, Kamis, November 23, 2023



FOTO. Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino saat bersama para pengurus GMNI Mataram periode 2023-2025 usai pelantikan di aula kantor wali kota Mataram. 













MATARAM, BL - Generasi milenial bakal jadi kunci pada Pemilu Serentak 2024 mendatang. Suara mereka dianggap mahal bagi calon legislatif (caleg),  calon kepala daerah hingga kandidat capres-cawapres.


Meski ada prediksi mereka akan menyumbang angka golongan putih (golput) tertinggi, tetap saja golongan pemilih tersebut akan diperebutkan sejumlah partai politik (parpol). 


Karena itu, Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino meminta para generasi muda, perlu belajar dan memahami  sejarah untuk memilih pemimpin masa depan bangsa Indonesia. 


Sejarah tersebut terkait dengan rekam jejak seseorang, terutama untuk memastikan bahwa pemimpin yang dipilih kawula muda tidak punya kaitan dengan peristiwa masa lalu. Tidak punya beban masa lalu.


“Kita harus hati-hati dan teliti pilih pemimpin. Begitu juga untuk anak muda jangan buta sejarah. Agar pemimpin yang kita pilih tidak punya beban masa lalu,” ujar Arjuna usai melantik kepengurusan GMNI Mataram periode 2023-2025, Kamis 23 November 2023.


Menurut Arjuna, Indonesia perlu belajar dari tragedi terpilihnya Bongbong Marcos, putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos. 


Bongbong terpilih karena berhasil memanipulasi kesadaran publik melalui berbagai platform media sosial. Dengan bantuan konten kreator dan para influencer ternama, Bongbong berhasil menciptakan gimmick dan membelokan sejarah Filipina sehingga menguntungkan dirinya.


“Bongbong bertransformasi melalui platform media sosial. Dengan bantuan konten kreator dan influencer Bongbong berhasil membentuk citra dirinya seakan humanis dan rendah hati. Sehingga publik lupa dia adalah putra diktator yang kejam, korup dan despotik dalam sejarah politik Filipina,” jelas dia.


Arjuna menegaskan, pemahaman sejarah bagi generasi Z dan milenial sangatlah penting. Sebab, apa yang dilakukan seseorang di masa depan tak lepas dari sejarah yang membentuk watak orang tersebut. 


Apalagi jika seseorang tersebut punya catatan buruk di masa lalu, maka janji manis masa depan yang dilontarkan patut dipertanyakan integritasnya.


“Jika kita tegak lurus memahami ajaran marhaenisme dan Pancasila, maka kita harus berhati-hati. Jangan karena emosional, kita melupakan sejarah, menutup mata terhadap rekam jejak seseorang. Pemuda harus punya nalar kritis, tidak semata-mata digerakan oleh kepentingan praktis jangka pendek,” tegas dia.


Lebih lanjut Arjuna katakan, negara Indonesia punya kepentingan untuk memanfaatkan peluang bonus demografi di tahun 2045. Maka praktik buruk di masa lalu, seperti korupsi, pelanggaran hak asasi hingga penguasaan ekonomi oleh segelintir kroni penguasa tak boleh terjadi lagi.


“Pemerintahan hari ini, sudah membawa Indonesia jauh ke depan. Jangan sampai kita mundur hanya karena kita anak muda tak mau dan tidak mau tahu tentang sejarah. Maka, saran saya untuk memilih pemimpin itu, harus yang mau bergaul dan tahu kondisi rakyat. Dan dia (pemimpin), harus berasal dari bawah dan bukan dibentuk karena keinstanan alias melalui proses kaderisasi dari bawah baru ke atas," tandasnya.


Diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024 sebanyak 204,807 juta jiwa. Dari jumlah itu, 52% di antaranya merupakan pemilih muda. (R/L..). 


TerPopuler