M-16 : Anomali Politik Tak Biasa di Pemilu DPD RI 2024 jadi Milik Rannya -->

M-16 : Anomali Politik Tak Biasa di Pemilu DPD RI 2024 jadi Milik Rannya

Rabu, 13 Juli 2022, Rabu, Juli 13, 2022

FOTO. Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik M-16 , Bambang Mei Finarwanto bersama Kepala Litbang M-16,  Zainul Pahmi (kanan).





 



MATARAM, BL -  Gelaran pemilihan Calon DPD RI dapil NTB pada Pemilu 2024 akan diwarnai munculnya the rising star atau pendatang baru yang berpotensi menumbangkan dominasi calon petahana.
 

Hal itu dikemukakan Lembaga Kajian Sosial Politik M-16, merujuk pada sejumlah indikator. Di antaranya, calon Senator bisa jadi diduga dari beragam profesi dan afiliasi politik  yang meliputi mantan birokrat, jurnalis, tokoh adat, poitisi kalah, pengusaha, tokoh masyarakat  maupun dari kalangan anak muda serta aktivis.


"Meskipun fungsi dan peran DPD RI  tidak memiliki decision maker yang kuat, tapi memiliki prestise  dan gengsi politik  kelembagaan bagi seseorang yang menyandang predikat  senator," ujar Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik M-16 , Bambang Mei Finarwanto dalam siaran tertulisnya, Rabu (13/7).

Didampingi Kepala Litbang M-16,  Zainul Pahmi, Bambang mengatakan, tak heran jika dalam setiap konstestasi pemilu, keberadaan lembaga DPD RI tetap menjadi impian  dan pertarungan adu kuat dalam memperebutkan suara pemilih antara incumben maupun pendatang baru.   


Menurut dia, apalagi saat ini terjadi perbaikan persepsi publik terhadap politik. Sebab, jika dibandingkan pemilu 2014 lalu, tingkat partisipasi pemilih mencapai 77 %,  maka partisipasi pemilih pemilu 2019 di NTB melonjak sebesar 82 % melampaui target nasional 77,5 %. Di mana, jumlah DPT 2019 sebesar 3.753.096 orang. 


"Dibanding pemilu 2019, partisipasi pemilih  pemilu 2024 akan terjadi peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah DPT pemilu 2024, khususnya dari pemilih pemula," kata Bambang. 


Sementara itu, Kepala Litbang M-15 , Zainul Pahmi memprediksi,  pada pemilihan DPD RI Dapil NTB tahun 2024 akan terjadi  anomali politik yang tidak biasa dan nuansa yang berbeda  dibanding pemilihan  DPD RI tahun 2019. 


Salah satunya yang sudah muncul,  dengan kian  masifnya kreatifitas  konten berbasis platform teknologi komunikasi dalam mempengaruhi persepsi pemilih. Agaknya platform IT dlm proses interaksi sosial sudah menjadi bagian dari gaya hidup (life style) bagi pemilih cerdas dalam mengamati rekam jejak digital kandidat. 


"Hal ini tentu memiliki pengaruh signifikan  terhadap keberterimaan maupun keterpilihan calon senator DPD RI dapil NTB pada segmentasi pemilih cerdas tersebut," tegas Pahmi.

 
Ia mendaku, bahwa para pemilih lemula maupun kelas menengah cerdas di NTB tentu memiliki ekspektasi yang kuat dalam menyukseskan gelaran Pemilu 2024 dengan berbagai motivasi. 


Parameternya adalah maraknya keterlibatan generasi milenial 4.0  ini dlm menyemarakkan kontestasi lewat beragam konten medsos ( Facebook, tik tok ,IG, twitter, dll ) dalam mempromosikan figur Kandidat idolanya. 


"Selain melakukan operasi penetrasi di basis, maka  penguatan dan kerjasama dalam membangun net working juga memiliki  posisi strategis dalam memperbanyak perolehan suara," jelas Pahmi.


Ia menjelaskan,  pada pemilu DPD RI tahun 2019  lalu, diwarnai kejutan, yakni terhempasnya tiga petahana DPD RI periode 2014 - 2019 dengan hanya menyisakan Suhaimi Ismy yang bertahan untuk periode 2019 - 2024. 


Mereka  tergantikan oleh pendatang baru yang memenangi konstestasi tersebut, yakni Evi Apita Maya ( 283.932 suara), H Achmad Sukisman Azmy ( 268.905), TGH Ibnu Halil ( 245.570). Sementara, Petahana H Suhaimi Ismy  berada di urutan terakhir dengan perolehan suara 207.352. 


"Pada Pemilihan DPD RI NTB 2019 muncul kejutan yang menobatkan  Evi Apita Maya sebagai senator perempuan  memperoleh suara terbanyak dan di idolakan oleh Masyarakat NTB karena dianggap mempesona," ucap Pahmi. 


Terkait rekam jejak konstestasi, menurut Bambang, kekuatan sekaligus kelemahan elementer  pendatang baru rata-rata terletak pada semangat tanpa disertai kalkulasi politik yang rigid, bahkan kerap terlalu menyederhanakan mengimplementasikan taktik dan strategi di lapangan dalam meraih dukungan pemilih tanpa  didukung mapping dan peta politik  yang kredible dan valid. 


"Meskipun ada kisah glory politik pemilu 2019 yang berhasil menumbangkan tiga Petahana DPD RI , Maka tidak serta merta pada pemilu 2024 , petahana DPD RI mudah ditumbangkan lagi. Tentu Petahana DPD RI belajar dari tragedi Pemilu 2019 ," jelas Bambang.


Ia menyatakan, bahwa salah satu celah peluang modal politik yang penting bagi pendatang baru selain investasi sosial,  juga  bagaimana mampu menyakinkan para vote getter dari beragam strata sosial untuk ikut mengkampanyekan dan memenangkan dirinya terpilih menjadi senator DPD RI. 


Karena itu, lanjut dia, menjalin kerjasama (net working) dengan kalangan Vote Getter Potensial ini,  setidaknya untuk memperpendek dan mengefisienkan waktu dalam melakukan penetrasi di basis. 


"Percuma dan sia-sia belaka menjadi petarung DPD RI jika tidak memiliki kekuatan yang lebih dalam menggalang dukungan di basis maupun para vote getter," tegas Bambang.


Ia menambahkan,  pada pemilu DPD RI 2024 ada anomali politik yang tidak biasa yakni ketika DPD PDIP NTB secara terbuka menyatakan dukungan  dan menginstruksikan agar struktur dan konstituen PDIP memilih dan memenangkan  Puteri Ketua Badan Pengawas dan Disiplin Partai Gerindra , Haji Bambang Kristiono (HBK), yakni Rannya Agustyra Kristiono menjadi  senator DPD RI mewakili Dapil NTB.


Langkah politik moral kemanusiaan yang diambil PDIP NTB ini haruslah dimaknai bahwa PDIP NTB senantiasa  menghormati dan menghargai upaya-upaya puteri HBK telah berbuat nyata  dalam membangun dan membesarkan NTB melalui jalur olah raga sepak bola. 


"PDIP NTB seolah ingin memberikan pesan humanis dengan dukungannya kepada Rannya yakni, siapapun dia apalagi ia masih muda belia telah berbuat kebaikan untuk daerah,  hendaknya 'dibesarkan'  spiritnya dan 'dimanusiakan'  cita-citanya," tandas Bambang. (R/L..)

TerPopuler