![]() |
FOTO. Sejumlah perawat di Puskesmas Labuan Badas II, Kecamatan Labuan Badas, Kabupaten Sumbawa Kini tersenyum lebar, lantaran pengiriman laporan ke pusat yang selama terganggu lantaran ketiadaan listrik, kini mulai berjalan baik usai listrik dari PLN di wilayah mereka menyala 24 jam setahun lalu, kemarin. |
MATARAM, BL - Udara masih sejuk saat Sri Hariani, meninggalkan rumahnya untuk memulai aktifitas di Puskesmas Labuan Badas II Sebotok Kecamatan Labuan Badas, Sabtu (18/10) lalu.
Perempuan yang kini berusia 26 tahun ini, merupakan salah seorang perawat di Puskesmas setempat.
Di mana, kesehariannya ia harus mengendarai sepeda motor bebek untuk berangkat ke tempatnya bekerja dengan melewati jalan setapak yang di beberapa titik sudah pecah-pecah dan bertanah.
Awalnya, Sri mengaku bahwa penderitaanya menjadi tenaga medis sangat terasa sebelum adanya listrik.
Itu menyusul, dirinya sangat kesulitan dalam memberikan pelayanan medis pada warga di wilayahnya, lantaran listrik menyala hanya 12 jam selama 30 tahun lamanya. Yakni, mulai pukul 18.00 WITA atau pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi.
"Jadi jika ada tindakan-tindakan medis di IGD dan di ruang kebidanan yang membutuhkan listrik yang cukup untuk penanganan pasien, kami kesulitan karena listrik yang ada kurang sekali," ujar Sri pada wartawan, Sabtu (18/10) lalu.
Penderitaan Sri juga kian diperparah, lantaran laporan pelayanan medis untuk sebanyak 24 orang tenaga medis di Puskesmas Labuan Badas II yang telah memiliki IGD dan fasilitas rawat inap harus dilakukan melalui online yang membutuhkan fasilitas listrik yang cukup.
"Jujur, kami sangat terasa kesulitan dalam pengiriman laporan ke pusat, soalnya sekarang kan semua bentuk laporannya online, jadi harus ada listrik, harus ada komputer, laptop untuk pengiriman laporan," kata Sri.
Kini, Sri menegaskan tak khawatir untuk bekerja larut malam dalam memberikan pelayanan medis pada pasien hingga permintaan laporan cepat yang dibutuhkan Kementrian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan Dinas Kesehatan Sumbawa.
"Terima kasih PLN, Alhamdulillah sudah setahun lalu, listrik di wilayah kami menyala 24 jam sejak tahun 2024 lalu. Jujur, nyala listrik ini, sangat membantu aktifitas warga di desa kami," tegas Sri.
Senada Sri. Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Moyo, Abdul Hamid, juga mengungkapkan hal yang sama.
Sebab, sebelum listrik menyala 24 jam, ketika ada pembelajaran yang harus diperkenalkan langsung kepada siswa, mereka menayangkannya melalui laptop, namun tidak bisa bertahan lama karena mengikuti daya baterai laptop.
Akibatnya, gambar-gambarnya di print pada saat malam hari, namun hasil pengajarannya tidak sesuai harapan ketika dibandingkan dengan materi pengajaran yang ditayangkan secara langsung.
“Kami sangat iri dengan sekolah-sekolah di daratan yang sudah 24 jam, bisa melaksanakan pembelajaran seperti sekolah-sekolah yang sudah berada di kota-kota. Kami dari SDN 1 Pulau Moyo, banyak kekurangan didalam melaksanakan proses belajar mengajar, maupun kegiatan administrasi. Kami harus tunggu sampai malam harinya, seperti scan, fotokopi, print, karena listriknya hanya ada pada malam hari saja,” jelasnya.
Nampaknya, Kehadiran listrik di Desa Sebotok memberikan dampak positif yang signifikan dalam berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, dan UMKM.
Dalam bidang pendidikan, listrik memungkinkan penggunaan perangkat elektronik yang meningkatkan kualitas belajar dan akses informasi.
Di sektor kesehatan, listrik mendukung penggunaan peralatan medis modern, penyimpanan obat yang lebih baik, dan pelayanan darurat yang lebih efisien.
Sementara dalam sektor UMKM, listrik meningkatkan produktivitas dan inovasi produk. Secara keseluruhan, listrik membawa harapan baru bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Desa Sebotok.
"Setahun ini, sejak 30 tahun lamanya, kami sudah menikmati listrik PLN. Dan kini, warga Sebotok, Alhamdulillah sudah merdeka dari kegelapan,” ujar Abdul Hamid sambil tertawa kecil.
*Presiden Ingin Seluruh Pelosok Negeri Diterangi
![]() |
FOTO. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (kanan) bersama Dirut PLN Darmawan Prasodjo (kiri) saat menyalakan listrik melalui program 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) melalui Program Lisdes di daerah terpencil Papua, yakni Desa Tindaret di Kabupaten Kepulauan Yapen. |
Nampaknya, di era pemerintahan Pabowo Subianto, cahaya listrik terus menerangi hampir seluruh pelosok negeri. Terlebih, Presiden RI Prabowo Subianto dalam setiap arahannya berkomitmen memperluas akses energi bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil melalui program Listrik Desa (Lisdes) dan Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL).
Kehadiran listrik di desa-desa bukan sekadar penerangan, tetapi juga membuka jalan bagi peningkatan pendidikan, produktivitas, dan taraf hidup.
"Di desa-desa terpencil, cahaya listrik kini menjadi simbol kehadiran negara dan pembuka jalan bagi kesempatan sosial-ekonomi. Listrik tidak lagi hanya aspek penerangan, namun meningkatkan pula akses pendidikan, produktivitas, dan taraf hidup masyarakat,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Jakarta dalam pesan tertulisnya, Selasa (21/10) lalu.
Program Listrik Desa kini telah menjangkau 10.068 lokasi dan memberi manfaat bagi lebih dari 1,2 juta calon pelanggan baru. Sementara itu, realisasi program BPBL periode 2024 telah diterima 155.429 rumah tangga (RT). Untuk periode Januari–September 2025, sebanyak 135.482 RT telah terpasang dari target 215.000 RT hingga akhir 2025.
Program ini menjadi langkah pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat serta mempercepat pemerataan energi di seluruh wilayah Indonesia.
Rasio elektrifikasi nasional saat ini telah mencapai 99,1 persen.
Bahlil mengatakan, bagian kecil yang belum teraliri listrik merupakan daerah dengan kondisi geografis paling sulit dijangkau karena rumah-rumah warga tersebar di pulau-pulau terluar dan wilayah pedalaman.
Kementerian ESDM kini tengah melakukan transformasi menuju energi yang lebih bersih. Proyek pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan terus dipercepat, dan sebagian besar sudah beroperasi dengan baik.
“Perubahan arah kebijakan juga mencakup transformasi menuju energi yang bersih dan berkelanjutan. Pemerintah sudah meresmikan puluhan pembangkit energi terbarukan, mempercepat proyek PLTS berkapasitas 100 gigawatt, dan melibatkan koperasi desa dalam transisi energi. Ekonomi dan ekologi tidak harus dipertentangkan. Keduanya bersinergi menciptakan fondasi pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan merata,” jelas Bahlil.
Bahlil menegaskan, pemerintah bertekad mempercepat capaian elektrifikasi hingga 100 persen.
“Setelah 80 tahun merdeka, tidak selayaknya ada warga yang masih mengalami gelap gulita,” tegasnya.
*Ratusan Warga NTB Terlayani Program LUTD
![]() |
FOTO. General Manager PLN UIW NTB, Sri Heny Purwanti saat menyampaikan sambutannya Penyalaan serentak ini dilakukan secara hybrid terhubung dengan PLN Pusat dan disaksikan oleh jajaran Direksi PLN saat launching bantuan program Light Up The Dream (LUTD). |
Terpisah, PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat (UIW NTB) kembali menyalakan harapan bagi masyarakat kurang mampu melalui program Light Up The Dream (LUTD).
Tercatat, sebanyak 136 warga di seluruh NTB kini telah menikmati listrik, bersamaan dengan penyalaan serentak 8.000 sambungan di seluruh Indonesia pada Selasa (21/10) lalu.
Penyalaan serentak ini dilakukan secara hybrid terhubung dengan PLN Pusat dan disaksikan oleh jajaran Direksi PLN.
Di NTB, kegiatan dilakukan secara simbolis di beberapa lokasi antara lain Mataram, Selaparang, Bima, dan Sumbawa, dengan total penerima manfaat masing-masing 40 orang di Mataram, 36 orang di Selaparang, 40 orang di Bima, dan 20 orang di Sumbawa.
Program LUTD merupakan inisiatif sosial pegawai PLN berupa penyambungan listrik gratis bagi warga tidak mampu yang belum memiliki listrik.
Melalui donasi sukarela pegawai, program ini telah menjadi salah satu bentuk kepedulian sosial PLN terhadap masyarakat dan upaya pemerataan energi di seluruh pelosok negeri.
General Manager PLN UIW NTB, Sri Heny Purwanti, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bukti semangat insan PLN dalam memperingati Hari Listrik Nasional dengan aksi yang bermakna.
“Light Up The Dream bukan sekadar menyalakan lampu, tetapi menyalakan harapan. Kami ingin memastikan setiap rumah, tanpa terkecuali, bisa merasakan manfaat listrik. Listrik membuka peluang bagi keluarga untuk hidup lebih produktif dan sejahtera,” ungkap Sri Heny, Kamis 23 Oktober 2025.
Menurutnya, penyalaan serentak di NTB menjadi wujud komitmen PLN untuk terus menghadirkan keadilan energi, terutama bagi masyarakat yang selama ini belum terjangkau.
“Kami percaya bahwa energi listrik tidak hanya menghidupkan cahaya, tapi juga menghidupkan semangat, usaha, dan pendidikan. Melalui program ini, kami ingin masyarakat NTB semakin maju dan mandiri,” kata Sri Heny.
Program LUTD terbukti memberikan dampak sosial yang signifikan. Banyak penerima manfaat yang kini bisa menjalankan aktivitas ekonomi rumahan seperti menjahit, menenun, dan berjualan makanan, serta anak-anak yang dapat belajar dengan penerangan memadai.
Salah satunya adalah Ibu Ahim (84 tahun), warga Desa Gerung, Lombok Barat, yang selama ini hidup dengan listrik mengalir dari tetangga.
“Selama ini rumah belum berlistrik. Masih ngalir dari tetangga. Sekarang saya bisa menyalakan lampu, dan memasak nasi. Terima kasih PLN sudah peduli sama orang kecil seperti saya,” ungkap Ibu Ahim dengan haru.
Dalam kesempatan yang sama, PLN UIW NTB juga menyalurkan bantuan sosial melalui Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN NTB kepada 35 warga penerima manfaat di sekitar lokasi kegiatan. Bantuan ini berupa paket kebutuhan pokok dan dukungan bagi warga kurang mampu sebagai bentuk kepedulian insan PLN terhadap masyarakat sekitar.
Kegiatan ini menjadi bagian dari semangat berbagi PLN dalam memperingati Hari Listrik Nasional, tidak hanya menyalakan listrik, tetapi juga menyalakan kepedulian sosial.
Melalui semangat Hari Listrik Nasional ke-80 ini, PLN berkomitmen untuk terus menyalakan negeri, tidak hanya melalui pasokan energi andal dan berkelanjutan, tetapi juga melalui kepedulian sosial yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
“Kami percaya, cahaya yang paling terang/ bukan hanya berasal dari listrik yang menyala, tetapi dari hati yang tulus untuk berbagi. Itulah semangat kami di PLN—menyalakan mimpi, menerangi kehidupan,” tandas Sri Heny Purwanti. (R/L..).