Pemilih Milenial dan GenZ Miliki Keunikan, Pusdek UIN Mataram Sarankan KPU-Bawaslu dan Parpol Ubah Pola Sosialisasi Pemilu 2024 -->

Pemilih Milenial dan GenZ Miliki Keunikan, Pusdek UIN Mataram Sarankan KPU-Bawaslu dan Parpol Ubah Pola Sosialisasi Pemilu 2024

Selasa, 13 Juni 2023, Selasa, Juni 13, 2023

 

FOTO. Dr. Agus dan Dr. Ihsan Hamid saat berdiskusi di kantin UIN Mataram. 








MATARAM, BL- Data KPU NTB menunjukkan segmen pemilih Milenial dan Gen Z mencapai angka 2,1 juta atau sekitar 54,04 persen se NTB . Ini berarti, pemilih Milenial dan Gen Z bakal memegang peranan utama dalam arus keterpilihan peserta pemilu 2024.


Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Dr Agus, mengatakan bahwa pemilih milineal memiliki karakter yang unik, kritis, cuek. Serta, tidak terikat dengan idiologis apapun. 


"Inilah tantangan yang harus diyakinkan pihak penyelenggara Bawaslu, KPU dan parpol harus bisa menyakinkan mereka," ujar Agus pada wartawan, Senin (12/6) kemarin. 


Menurut dia, dengan angka 2,1 juta atau sekitar 54,04 persen pemilih Milenial dan Gen Z di NTB. Tentunya, pendekatan media yang dilakukan pihak penyelenggara untuk sosialisasi, agar tidak dilakukan dengan cara-cara tradisional. 


Sebab, dengan pendekatan informasi teknologi (IT) saat ini, maka inovasi untuk memperbanyak konten kreatif harus lebih banyak dilakukan saat Pemilu 2024. 


"Karakter pemilih Milenial dan Gen Z ini yang harus dibaca. Caranya, hanya dengan  memperbanyak inovasi dan tidak lagi seperti dulu," tegas Agus. 


Ia mendaku, bahwa memperbaiki demokrasi elektoral, harus juga dimulai dengan memperbaiki pemilih milenial yang visioner. Sebab, ciri pemilih Milenial itu, tidak bisa diberikan janji integritas. 


Terlebih, lanjut dia, pemilih milenial itu, juga enggak bisa dipakaikan uang untuk mengajak mereka memilih siapa caleg yang dikehendaki. 


"KPU harus punya anggaran sosialisasi yang cukup. Ini karena pekerjaan pemilu, bukan hanya soal coblos mencoblos. Tapi, yang utama itu, perbaikan demokrasi. Maka, menambah anggaran yang  sosialisasi terbatas itu, perlu difikirkan. Termasuk, juga anggaran Pilkada Serentak," jelas Agus. 


Sementara itu, Akademisi UIN lainnya, Dr Ihsan Hamid mengatakan, bahwa gerakan memilih cerdas yang digaungkan KPU NTB di RRI beberapa waktu lalu, harus juga menyasar di kalangan perguruan tinggi.


Selain itu, kegiatan sosialisasi pemilih harus juga diberikan hiburan atau entertainment dengan mendatangkan para penyanyi atau artis yang digandrungi kalangan mahasiswa. 


Sedangkan, untuk kalangan pemuda di pedesaan, harus juga dimulai dengan pagelaran seni lokal. 


"Gerakan memilih cerdas, jangan sampai selesai di RRI. Pesan saya, entertainment dengan memperbanyak hiburan untuk melakukan sosialisasi harus juga dilakukan oleh KPU, sehingga partisipasi pemilih bisa naik di Pemilu 2024," ujar Ihsan.


Peneliti Pusat Demokrasi (Pusdek) UIN Mataram itu, menambahkan bahwa era media sosial saat ini, harus dimaknai bukan saja oleh pihak penyelenggara pemilu. Namun oleh Parpol, harus bisa melakukan transfer pada dinamika politik. 


"Parpol tidak lagi ekslusif, tapi juga mulai inklusif. Segmentasi harus jelas, bila perlu ada gaming. Silahkan saja kompetisi game online. Dengan memberikan hiburan, dengan datangkan penyanyi yang digandrungi mahasiswa. Maka, itu dinamika politik itu harus juga dipahami oleh penyelenggara pemilu dan parpol," tandas Ihsan Hamid.  (R/L..). 

TerPopuler