Merawat, Tabung, Kilang Lingkar Mata Air Untuk Seribu Kebaikan -->

Merawat, Tabung, Kilang Lingkar Mata Air Untuk Seribu Kebaikan

Minggu, 04 Desember 2022, Minggu, Desember 04, 2022

 

Opini : 


FOTO. Ria Sukandi, S. Pd 


Air merupakan kebutuhan dasar seluruh mahluk hidup, tidak satupun dari seluruh aktivitas hidup di alam semesta nan luas ini terlewati tanpa air. Begitulah air sebagai kebutuhan dasar hidup, namun seiring perubahan   yang terjadi, alam kemudian menyesuaikan dirinya. Bak menggeliat setalah ribuan bahkan jutaan tahun seolah mengikuti kehendak manusia. Penyesuaian yang dilakukan alam  disebabkan dua faktor yaitu faktor eksternal (Ulah Manusia) dan faktor Internal (Perubahan Alami).


Perubahan itu kemudian menimbulkan berbagai reaksi alamiah, salah satunya yang palaing heroik belakangan ini ialah bencana alam Gempa Bumi, Tsunami hingga Likuifaksi. Di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya empat tahun silam pada bulan Agustus tahun 2018. Bumi bergetar dahsyat memporak porandakan lebih dari 79. Ribu bangunan rumah warga dan berbagai fasilitas umum dan milik pemerintah, 500 nyawa melayang serta menimbulka ribuan ungsian manusia dari tempat tinggalnya disertai luka- luka, kerugian matriel dan non matriel muncul seketika mengiris lirih setiap kita. 


Pada akhirnya reaksi alam tersebut berdampak panjang terhadap seluruh aktivitas kehidupan manusia salah satunya kondisi sumber mata air dan perubahan infrastruktur buatan manuisa. Tercatat sebelum tragedi gempa, Gumi Dayan Gunung memiliki hampir kurang lebih 7 ribu sumber mata air dalam bentuk air terjun dan ribuan lainnya dalam bentuk sumber mata air alami berbentuk Kelebut.


Saat ini ribuan mata air tersbut nyaris berkurang setengahnya hilang, kilang tabung Mata air tersebut turut diperparah karena ulah sekelompok manusia yang tergolong fasis, membabat hutan hanya untuk kepentingan mereka, menyangkal bahkan tak peduli dengan kebutuhan yang sama terhadap air. Gagalnya fungsi pengawasan pihak- pihak yang berkaitan mengakibatkan terjadinya ancaman debit air yang makin hari makin turun hingga terancam punah.


Kekeringan menjadi momok menakutkan selanjutnya, ancaman gagal panen akibat hujan dan hilirisasi air hingga membahasi lahan- lahan sawah milik warga seolah enggan ada yang bertanggung jawab dan kembali menyalahkan alam. Kenapa tidak pasalnya, debit air di Hulu sungai yang dulu besar mampu mendorong dirinya dengan lika- liku pola ruang dan bentuk aliran sungai/ irigasi tak lagi kuat hanya pada musim hujan kemudian hal itu dapat dijumpai itupun bersifat sesaat. 


Mengacu pada kondisi tersebut di Momentum Perdana PDAM telah membuat ection nyata dengan menanam puluhan Ribu POHON di kawasan mata air Jonk Pelangka disalah satu dusun kecil (Anjah) Desa Bentek Kecamatan Gangga. Kegiatan itu cukup momentumal karena mengusung tema kegiatan "Tajuk Air" Memelihara Kawasan Serapan Lingkar Mata Air. Kegiatan pamrih itu dihadiri berbagai instansi kala itu, jika sebelumnya 7 dari mata air hanya mengahsilkan 75 liter per detik, tetapi setelahnya di intervensi PDAM. Gerai kecil puluhan ribu pohon itu kini telah mampu menghasilkan 120 liter air atau terjadi pengikatan 45 liter setiap detiknya, menganggumkan lenting giat kecil itu telah mampu memberi ribuan kebaikan untuk setiap jengkal helai nafas kehidupan.


"Awalnya 75 liter per detik, sekarang sekitar 120 liter, Tajuk Air saat itu cukup berdampak," 


Tajuk kebaikan itu kembali dilakukan mengusung tema "Merawat Kembali Detak Air, Kilang Oksigen, dan Ribuan Kebaikan,". Berlokasi di tiga wilayah kecamatan dengan sasaran 4 titik yaitu Sekeper di Kecamatan Kayangan, sedikit penambahan pohon di Jong Pelangka Kecamatan Gangga dan puncaknya di Dusun Teres Genit Kecamatan Bayan dengan jumlah bibit pohon sebanyak 65.000 pohon.


Jika sebelumnya kegiatan tersebut bertujuan menambah debit air namun kali ini kegiatan tersebut guna menjaga dan merawat kantong- kantong air, disadari atau tidak kegiatan tersebut tentunya salian merupakan investasi masa depan untuk kebutuhan genarsi puluhan tahun. Hasilnya tidak seperti kegiatan lainnya begitu dikerjakan bentuknya dapat angsung dilihat bahkan dirasakan. Investasi air, investasi oksigen, tentu ttidak bisa kita ukur dan dapat manfaatnya sekarang. Nanti, bertahun-tahun bahkan puluhan tahun ke depan.



Lombok Utara memliki tofographi yang unik dibeberapa wilayah kebanjiran, sementara diwilayah lainnya mengalami kekeringan reguler, sebabnya tidak melulu soal suplai atau jaringan pipa dari PDAM ke lokasi tersebut, namun ada berbagai hal yang komplek terdapat didalamnya semisal "Air PDAM lebih mahal dari Air yang lain" tentunya hal demikian itu dapat memperparah kondisi warga lainnya untuk mengakses kebutuhan dasar mereka jika ropokasi seperti itu diperluas. 


Upaya lain guna mendukung kebutuhan dasar dan mengurai stigma negatif tersebut, setidaknya pemerintah telah menyatakan komitmennya untuk mendukung perogram tersebut, dukungan itu dalam bentuk sufort bibit pohon, selbeihnya menyesuaikan kebutuhan anggaran guna lahan sumber mata air dapat dibebaskan oleh PDAM, Allahu A'lam.


*) Penulis : Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan IKA- PMII Kabupaten Lombok Utara (KLU).


TerPopuler