![]() |
FOTO. H. Rachmat Hidayat saat membuka diskusi Bulan Bung Karno di halaman kantor DPRD PDIP NTB. |
MATARAM, BL - Juni merupakan Bulan Bung Karno. Hal ini karena bulan Juni memuat beberapa tanggal penting yang terjadi, mulai dari tanggal lahir Soekarno, tanggal wafat hingga lahirnya Pancasila yang diprakarsai oleh Soekarno.
Karena itu, DPD PDI Perjuangan NTB bersama DPC PDI Perjuangan Kota Mataram menggelar Diskusi Terbuka Bulan Bung Karno bertema Meneruskan Cita-Cita Bung Karno dan Relevansinya untuk Kalangan Milenial di halaman kantor DPD PDIP NTB di Jalan Lingkar Selatan, Kota Mataram, Sabtu malam 28 Juni 2025.
Dihadiri ribuan milenial dari sejumlah kelompok organisasi kemahasiswaan di Mataram. Ketua DPD PDI Perjuangan NTB Rachmat Hidayat menegaskan bahwa Bulan Bung Karno bukan hanya soal mengenang.
Namun, bagaimana menghidupkan kembali semangatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Anggota DPR RI dapil NTB-2 (Pulau Lombok) ini, mengatakan bahwa Bung Karno merupakan inspirasi bagi rakyat yang "haus" akan rasa keadilan.
Kendati sudah meninggal, Presiden RI pertama dan proklamator kemerdekaan tersebut selalu hidup dalam hati dan pikiran rakyat Indonesia melalui ide, aspirasi, dan pemikiran, khususnya bagi rakyat yang tertindas.
"Ingat, walaupun Bung Karno sudah meninggal, seperti yang dikatakannya di akhir hayatnya. Tapi, ide, pendapat, dan aspirasi hingga pemikirannya tidak akan bisa dibunuh," tegas Rachmat dalam sambutannya saat membuka diskusi, kemarin malam.
Ia mengaku bahwa saat ini di belahan dunia, tengah dihadapkan pada kondisi perang antar negara. Namun hal ini justru tidak terjadi di Indonesia. Sebab, hal itu karena bangsa Indonesia yang memegang teguh Pancasila yang dilahirkan oleh Bung Karno.
Menurut Rachmat, Pancasila merupakan perangai tentang apa itu Indonesia. Karenanya, bila tidak ada Pancasila, maka tidak ada Indonesia.
Mengingat, sejak kelahirannya, Pancasila sudah berkali-kali mempersatukan dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari berbagai krisis (khususnya politik, sosial, dan ekonomi) internal maupun eksternal, nasional maupun internasional.
“Pancasila adalah ruh eksistensial Indonesia. Jadi menjadikan Pancasila sebagai filosofi global oleh generasi muda, sangat penting. Ini karena Pancasila itu lengkap isinya mengatur tata kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Rachmat.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa Bung Karno selalu hidup dan menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia. "Bung Karno selalu hidup dan menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia. Inspirasi bagi kaum tertindas yang haus akan keadilan. Inspirasi bagi rakyat kecil yang mendambakan hidup sejahtera,” jelas Rachmat.
Dalam kesempatan itu. Rachmat berbagi tips kenapa dirinya hingga kini terus terpilih sejak muda dan berturut-turut menjadi anggota DPRD kabupaten Lotim, DPRD Provinsi NTB hingga kini anggota DPR RI, hal ini tidak lain karena dirinya mempraktekkan cara Bung Karno mengamalkan Pancasila.
"Kalau anak-anak mahasiswa ini, ingin menjadi orang seperti saya, maka rajinlah untuk mengamalkan Pancasila, yakni sejak bangun tidur, perbanyak beribadah pada Allah SWT, lanjut berbakti pada kedua orang tua hingga mencari dan membantu orang fakir miskin yang membutuhkan pertolongan kita. Jadi, kalau punya rezki jangan kikir dan pelit tapi berbagilah pada sesamanya. Bila perlu rumah kita terbuka untuk siapa saja yang membutuhkan," papar Rachmat Hidayat disambut tepuk tangan peserta yang hadir.
![]() |
FOTO. Ketua DPD PDIP NTB H Rachmat Hidayat (kiri) bersama Ketua DPC PDIP Kota Mataram Made Slamet dan Sekretaris Nyayu Ernawati saat bersama tiga narasumber Diskusi Bulan Bung Karno. |
Dalam sesi diskusi hadir tiga orang narasumber yakni, Prof Atun Wardatun (Akademisi UIN Mataram), Dr TGH Buya Muhamad Subki Sasaki (Ketua FKUB NTB) dan Dr Lalu Syepuddin Gayep (Akademisi Unram).
*Mega Simbol Pemimpin Perempuan
Dr Lalu Syaipuddin Gayep mengatakan bahwa apa yang dikatakan Bung Karno terbukti. Selama 32 tahun kekuasaan Presiden Suharto, berusaha memutarbalikkan, dan menutupi sejarah dengan tujuan menjauhkan rakyat dari Bung Karno ternyata upaya tersebut sia-sia.
"Tetapi kebenaran dan kebajikan selalu menemukan jalannya. Kebenaran selalu mampu mendobrak tembok tebal tirani. Karena itu, kekuatan politik kebenaran akhirnya terbukti," ujarnya.
Menurutnya, PDIP adalah parpol yang lahir dari sejumlah peristiwa pergolakan bangsa Indonesia. Karena itu, ia menyebut Ketua Umun PDIP Megawati Soekarno Putri adalah pemimpin perempuan satu-satunya di dunia yang mengalami banyak tekanan dan penindasan.
"Wajar kala kita sebut Bu Mega adalah simbol Pemimpin Perempuan nomor satu di dunia. Ini karena, dalam sejarah hanya PDIP yang kantor partainya dirusak oleh penguasa tapi Bu Mega enggak gentar untuk melawan rezim penguasa kala itu hingga kini dengan Pak Jokowi sekalipun," jelas Doktor Gayep panggilan karibnya.
"Kepemimpinan Ibu Mega adalah menjaga marwah Bung Karno, maka saya sarankan mahasiswa untuk banyak membaca perjuangan Bung Karno dan Bu Mega, sehingga pemikiran kebangsaan kian terasah untuk menghindari berita Hoaks yang merajalela saat ini," sambungnya.
*Buku Sarinah
Sementara itu, Prof Atun Wardatun mengajak mahasiswa untuk meningkatkan literasi terkait Bung Karno. Salah satunya dengan membaca buku yang ia tulis yang khusus untuk perempuan Indonesia yaitu Sarinah.
Menurutnya, Sarinah itu merupakan buku yang terbaik bagi siapapun yang ingin memahami sejarah mengenai “evolusi dan revolusi” gerakan perempuan dari masa ke masa.
"Sarinah bukan hanya bangunan untuk mengenang Bung Karno di Jakarta. Tapi Sarinah itu, adalah kewajiban perempuan dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera secara sosial dan berkeadilan sosial. Maka, pergerakan wanita dari masa ke masa akan tergambar dalam buku karangan Bung Karno itu," jelasnya.
![]() |
FOTO. Anggota DPR RI dapil NTB-2 (Pulau Lombok) H Rachmat Hidayat (tengah) saat bersama tiga narasumber dan ribuan peserta Diskusi Terbuka Bulan Bung Karno bertema Meneruskan Cita-Cita Bung Karno dan Relevansinya untuk Kalangan Milenial di halaman kantor DPD PDIP NTB di Jalan Lingkar Selatan, Kota Mataram, Sabtu (28/6) malam, kemarin. |
*Kenalkan Peci Hitam
Terpisah, Ketua FKUB NTB TGH Buya Muhamad Subki Sasaki mengaku bahwa Bung Karno adalah seorang tokoh pergerakan nasional yang dekat dengan ulama pesantren, di antaranya KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah.
Hal itu, lantaran Bung Karno menjadikan ulama sebagai tempat meminta nasihat, pandangan, dan saran terkait keputusan-keputusan penting soal bangsa dan negara.
Seperti ketika proses merumuskan Pancasila. Proses perumusan dasar negara ini bukan tanpa silang pendapat, bahkan perdebatan yang sengkarut terjadi ketika kelompok Islam tertentu ingin memperjelas identitas keislamannya di dalam Pancasila.
Padahal, sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang dirumuskan secara mendalam dan penuh makna oleh KH Wahid Hasyim merupakan prinsip tauhid dalam Islam.
"Tapi yang membuat Bung Karno itu khas di mata siapapun hingga kini. Yakni, beliau lah yang mengenalkan peci hitam pertama kali. Dan itu kita pakai hingga kapanpun karena peci itu sudah menjadi lambang kebangsaan bagi para pejuang kemerdekaan juga sebagai simbol toleransi antar umat beragama. Serta, acara-acara kenegaraan," tandas Buya Muhamad Subki Sasaki. (R/L..).