Dampak Electrifying Agriculture, Petani Bawang Sape Bima, Mulai Alami Keuntungan -->

Dampak Electrifying Agriculture, Petani Bawang Sape Bima, Mulai Alami Keuntungan

Selasa, 25 Oktober 2022, Selasa, Oktober 25, 2022

 

FOTO. Para petani bawang di Sape, Kabupaten Bima terlihat mulai merasakan kehadiran Program Electrifying Agriculture yang diprogramkan PLN di wilayahnya.



MATARAM, BL - PLN NTB terus mengimplementasikan program Electrifying Agriculture yang terbukti memberikan dampak positif bagi petani. Salah satunya dengan pemasangan lampu di lahan pertanian bawang merah untuk mengusir hama. 


Melalui metode ini, penggunaan pestisida sebagai zat kimia pengusir hama berkurang dan mampu menekan hampir 50% biaya operasional. Tercatat, Kelompok Tani So Lolu dan So Wawo Rasa yang berada di Desa Parangina, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima merupakan kelompok tani yang memanfaatkan program ini.


Salah satu petani yang tergabung dalam kelompok tani So Lolu, Mohammad Ali, mengatakan, bahwa penggunaan lampu ini sangat bermanfaat dan berguna bagi dirinya selaku petani dan mengurangi modal dalam rangka menambah perekonomian atau menambah pendapatan petani bawang merah


“Ketika kita perbandingkan, dengan atau tidak menggunakan lampu, sangat jauh berbeda. Ketika sudah mnggunakan lampu, 1 kali bayar tidak sampai 1 juta untuk sekali panen. Penghematan luar biasa dari sisi biaya,” ujar Ali pada wartawan, Selasa (25/10).


Sementara itu,  salah satu anggota Kelompok Tani So Wawo Rasa, Raflin, menyatakan bahwa,  hampir 80% petani bawang di Desa Parangina saat ini telah menggunakan lampu. 


Hal ini karena manfaatnya telah dirasakan langsung oleh para petani, yakni bisa mengurangi dan menghemat terkait penggunaan pestisida ataupun pengeluaran anggaran untuk  petani. 


Kelompok Tani So Wawo Rasa sendiri beranggotakan 40 orang petani. Sebelumnya, Raflin mengeluarkan uang untuk membeli  pestisida sebanyak Rp 6 juta, bahkan lebih. Namun, setelah penggunaan lampu, pengeluarannya berkurang, bahkan mencapai 60% dari sebelumnya.


“Dari pengeluaran Rp 6 juta, maksimal sekarang hanya Rp 2 juta-an saja. Kira kira kita bisa hitung dengan kasat mata, untuk Kelompok Tani So Wawo rasa, hematnya Rp 4 juta dikali 40 orang petani, totalnya Rp 160 juta per kelompok. Belum lagi kelompok kelompok lain," jelas Raflin.


Raflin mendaku, pihaknya berterima kasih kepada PLN, karena dengan adanya lampu di lahan pertanian bawang merah ini bisa mengurangi beban pengeluaran untuk membeli pestisida dan lain lain.


Sementara itu, Camat Sape, Muhammad Akbar, mengungkapkan dampak di sektor lain yang dirasakan oleh masyarakat semenjak masuknya Electrifying Agriculture. 


“Sekarang kami punya wisata lampu di Desa Parangina, dan ini sangat luar biasa. UMKM kami akan bergeliat karena akan ada lapak penjual kopi, makanan ringan. Jadi bukan hanya meningkatkan taraf petani saja, tapi juga masyarakat sekitar karena ada destinasi baru yang terbentuk. Orang dari mana mana akan menikmati wisata lampu ini" ungkap dia.


Terpisah, Manager PLN Unit Layanan Pelanggan Sape, Achmad Santosa, menjelaskan dukungan yang diberikan oleh PLN dalam penerapan Electrifying Agriculture ini, berupa pemasangan empat unit Stasiun Pengisian Listrik Umum dengan kapasitas 2 unit kapasitas 2200 VA dan 2 unit kapasitas 5.500 VA. 


“PLN melihat adanya potensi untuk membantu masyarakat di Sape yang hampir 70% penduduknya adalah petani. Hal ini juga selaras dengan misi PLN untuk menjadi pendorong ekonomi, khususnya di Sape," tegas Santosa. 


Program Electrifying Agriculture merupakan bagian dari semangat transformasi PLN pilar Customer Focus dan Innovative dalam meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau dan andal untuk masyarakat indonesia, khususnya di sektor pertanian. (R/L..).

TerPopuler