Polemik Joki Cilik, Bang Zul Minta Pordasi Perketat Aturan Jenis Kuda Dilombakan -->

Polemik Joki Cilik, Bang Zul Minta Pordasi Perketat Aturan Jenis Kuda Dilombakan

Kamis, 23 Juni 2022, Kamis, Juni 23, 2022


 
FOTO. Inilah sejumlah joki cilik yang ikut meramaikan setiap pertandingan balap kuda di wilayah Pulau Sumbawa. 


MATARAM, BL - Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah, menegaskan, dirinya tidak menyetujui adanya tradisi joki anak atau joki cilik di arena pacuan kuda tradisional di wilayah Pulau Sumbawa. 

Kendati merupakan penyuka kuda. Namun, predikat joki anak yang telah mengkultur ditengah masyarakat sejak dulu, justru  dibutuhkan proses untuk mengubahnya.

"Memperbaiki tradisi tidak bisa serta merta, tapi butuh proses," tegas Gubernur di sela-sela penutupan lomba pacuan kuda sebagai bagian dari side event untuk memeriahkan ajang MXGP Samota, di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Kamis Petang (23/6).

Bang Zul, sapaan karib Gubernur NTB, mengaku, bahwa ia sering melihat pacuan kuda diluar negeri.  Namun keberadaan joki cilik yang identik dengan pacuan kuda masyarakat Sumbawa, Dompu dan Bima ini sudah dianggap hal yang biasa oleh masyarakat lokal setempat.

Sebab, hal itu, dipicu ukuran dan jenis kuda di Pulau Sumbawa yang dilombakan oleh masyarakat, merupakan jenis dan ukuran kuda yang kecil, sehingga cocok untuk ditunggangi oleh joki anak-anak. 

"Jadi, kalau ditunggangi oleh joki dewasa maka kudanya tidak akan mampu berpacu. Tapi, kalau saya ditanya, memang saya pribadi enggak  setuju dengan adanya joki cilik itu," tegas Gubernur.

Karena itu, menurut dia, berbagai upaya yang terus dilakukan oleh pemerintah, termasuk melalui Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi). Di mana, pengetatan aturan untuk jenis dan ukuran kuda harus dilakukan.

Terlebih, lanjut Bang Zul, dalam olahraga pacuan kuda, sudah memiliki kelas-kelas pacuan. Kelas F untuk dewasa dengan ukuran kuda yang besar juga.

"Tradisi pacuan kuda di Pulau Sumbawa, tidak hanya berbicara adat dan budaya serta kearifan lokal masyarakat setempat. Akan tetapi ada banyak aspek yang ada didalamnya. Salah satunya, aspek sosial kemasyarakatan," jelasnya. 

Bang Zul mendaku, bahwa secara turun temurun, keluarga pemilik kuda di wilayah Pulau Sumbawa, terus menjaga silaturahmi para leluhurnya, baik di arena pacuan dan diluar kehidupan sehari-hari. "Ini yang unik di tradisi pacuan kuda,"ucap Gubernur.

Begitupun sektor ekonomi kemasyarakatan juga bergerak. Puluhan UMKM dan pedagang yang berjualan dan saling membutuhkan di arena pacuan kuda. Hal ini, menjadi sektor penggerak ekonomi masyarakat selama beberapa hari pelaksanaan lomba tersebut.

Selain itu, kata Gubernur,  keberadaan joki cilik juga sangat merugikan bagi anak-anak dari aspek pendidikannya. Apalagi saat musim pacuan kuda ini berlangsung Seminggu. Akibatnya, banyak diantara mereka yang tidak masuk sekolah. 

"Disini, pemerintah daerah sudah mengaktifkan sekolah malam, untuk para joki cilik yang tertinggal pelajaran di sekolahnya. Ada guru yang ditugaskan untuk mengajar selama perlombaan berlangsung.

"Sehingga para joki tidak tertinggal dalam hal pendidikan. Karena pendidikan penting untuk masa depan mereka," ungkap Bang Zul.

Untuk merubah joki cilik dan pacuan kuda yang sudah mengakar di kehidupan masyarakat ini menjadi tantangan tersendiri. 

"Kita sedang berbicara dengan para komunitas kita yang paling bawah. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami, karena kalau bahasanya berlebihan tidak mungkin. Karena semakin dilarang akan tetap juga dilakukan. Jadi intinya memang butuh proses," tandas Zulkieflimansyah. (R/L..).

TerPopuler