Miliki Empat Keistimewaan, Kepala BPIP Sebut Negara Indonesia Hadiah Allah Paling Istimewa -->

Miliki Empat Keistimewaan, Kepala BPIP Sebut Negara Indonesia Hadiah Allah Paling Istimewa

Selasa, 28 Februari 2023, Selasa, Februari 28, 2023

 



FOTO. Kepala Badan BPIP  Prof. KH. Yudian Wahyudi saat memberikan Buku: Islam & Pancasila Perspektif Maqashid Syariah pada Rektor UIN, Prof Masnun Tahir (kanan). 







MATARAM, BL - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. KH. Yudian Wahyudi, melakukan kegiatan bedah buku Islam & Pancasila Perspektif Maqashid Syariah yang ditulisnya di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Selasa (28/2). 


Dalam kegiatan yang juga dalam rangka sosialisasi pembinaan idiologi Pancasila itu, Prof Yudian, menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang paling istimewa yang dihadiahkan oleh Allah di muka bumi ini. 


Hal itu menyusul, Indonesia itu hadir sebagai negara religius, republikan, konstitusional dan egalitarian. 


"Jadi keempat hal ini yang memberikan kebahagian dan kebebasan berpikir, berkreasi, berdedikasi untuk kemajuan agama, nusa dan bangsa," ujarnya. 


Dalam kesempatan itu  Prof. Yudian mengibaratkan, kebangsaan Indonesia, dengan meminjam konstruksi nama-nama para nabi dan rasul yang konstruktif dan fungsionalistik. 


Menurut dia, Nabi Adam merupakan simbol kemanusiaan majemuk yang menjadi geneologi dan asal usul kemanusian. Di mana, Adam sebagai simbol keilmuan (Al-Asma), memicu para malaikat tunduk patuh karena keilmuan yang dimilikinya. 


Selanjutnya, Nabi Nuh yang ahli menciptakan  kapal laut terbesar sepanjang sejarah kemanusiaan. Di mana, bahari terluas dimiliki Indonesia menjadi penanda Nabi Nuh telah mampu melintasi batas bahari untuk menyatukan NKRI yang sangat dinamis dan egalitarian. 


"Begitupun, Nabi Ibrahim yang dikenal sebagai diplomat ulung internasional yang menghadirkan peradaban kemanusiaan dan menghadirkan kesejahteraan global dengan menjamin diplomasi yang ulung. Di situ, Indonesia hadir mewujudkan kesejahteraan yang sangat luas," jelas Prof. Yudian. 


Ia menegaskan, keberadaan Kota Makkah, Madinah dan Palestina, adalah bukti kongkrit peradaban kemanusiaan. 


Untuk itu, hadirnya Indonesia adalah negara yang menghadirkan kedamaian dan keberkahan untuk semua golongan, dan ummat. 


Apalagi, lanjut Prof. Yudian, Nabi Ibrahim telah mengajarkan sikap diplomatik atas segala dimensi keberagamaan.


"Dan, dari geneologi Nabi Ibrahim lahir para pemikir peradaban kenabian dan kerasulan. Maka, Tanah Padang Pasir tentu tak cocok untuk semua buah,  justru Indonesia cocok untuk semua jenis buah. Nabi Ibrahim mampu menghadirkan tsamarat itu dalam bingkai peradaban yang saling menghormati dan saling menegasi," tegas dia menjelaskan. 


Prof. Yudian menuturkan, kisah Nabi Musa, sejuah ini telah mampu memberikan pembelajaran bagaimana melawan orogansi kekuasaan.  Bahkan, mendeskriditikan sikap kemanusiaan. 


Sementara, Nabi Musa hadir untuk membongkar kebobrokan kepemimpinan yang melanggar demokrasi dan humanisasi. 


Apalagi, adanya buah Qisa', Bashal, adas, yang sedang berkembang saat Firaun memimpin negara, menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan negara dalam aspek kesejahteraan yang tidak pro rakyat. 


"Untuk konteks Indonesia yang diberikan anugerah yang paling istimewa yang mengkover semua elemen kemanusian yang dilandasi semangat egalitarian dan konstitusional. Sedangkan, Nabi Isa menghadirkan ma'idah, sebagai hidangan kemanusiaan yang lahir dari doa kemanusiaan," ungkap Prof. Yudian. 


Ia menambahkan, negara Indonesia dengan konsensus Darul Mitsaq, Darul Ahli wal ahdi, dan Darul aman, tidak lain menjadi Darul Ijma.


"Disitulah, lahir konsensus kolektif dan kontributif adaptif untuk rasa aman beragama, berbangsa dan bernegara," tandas Prof. Yudian. 


Turut hadir dalam kegiatan itu. Rektor UIN Mataram Prof Masnun Tahir, sedangkan para narasumber dalam bedah buku itu, yakni Syaiful Arif (penulis buku), Prof. Dr. H. Mutawali, Prof. Hj. Atun Wardatun dan Dr. H. Subhan Abdullah Acim. (R/L..).


.

TerPopuler