Cerita Warga Dusun Buwuh Mambalan, Trauma Lihat Air Deras Tanpa Ada Hujan Setinggi Dada dari Sungai Meninting -->

Cerita Warga Dusun Buwuh Mambalan, Trauma Lihat Air Deras Tanpa Ada Hujan Setinggi Dada dari Sungai Meninting

Sabtu, 29 Oktober 2022, Sabtu, Oktober 29, 2022

 

 

FOTO. Inilah warga Dusun Buwuh, Desa Mambalan yang berada di sepanjang Sungai Meninting di Desa Mambalan, Lombok Barat yang masih mengalami trauma jika melihat air deras 


LOBAR, BL - Belasan Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di kawasan bantaran sungai Meninting di Dusun Buwuh, Desa Mambalan, Lombok Barat mengaku masih trauma dengan kejadian banjir cukup besar 17 Juni 2022 silam.


Mereka juga berharap perhatian Pemda Lombok Barat dan Pemprov NTB. Sebab sejak pasca banjir, hingga saat ini belum ada bantuan yang diterima.


"Kita rasanya bagaimana (takutnya) waktu itu. Tidak ada hujan tidak ada apa-apa, tiba-tiba air besar datang. Banjir tanpa hujan, airnya deras setinggi dada," kata Hj Sunaini (59), wanita warga Dusun Buwuh, saat dijumpai Jumat 28 Oktober 2022.


Kejadian itu memang sudah empat bulan berlalu. Namun menurut Sunaini, rasa traumanya masih dirasakan hingga saat ini. Apalagi, di saat musim hujan seperti sekarang.


Sunaini mencertakan, saat itu 17 Juni 2022 ia sedang menjaga cucunya yang masih balita di teras rumah. Cuaca saat itu cerah, tidak ada mendung, apalagi hujan. Namun sekitar pukul 16.00 Wita, atau tepatnya selepas Ashar, air sungai Meninting yang melintas di dusun buwuh meluap naik.


"Saya lihat air naik dan deras. Lalu saya teriak, tolong-tolong. Saya gendong cucu saya, semua panik saat itu," kenangnya.


Hal yang sama diakui Riwayatun. Wanita berusia 32 tahun ini mengaku masih trauma dengan kejadian itu.


"Banjirnya tiba-tiba, jadi semua di sini panik dan takut. Nggak ada hujan, kok tiba-tiba air (sungai) naik," katanya.


Riwayatun mengatakan, saat itu warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai langsung berusaha menyelamatkan barang-barang. Apalagi ketinggian air yang masuk ke rumah mencapai pinggang orang dewasa. Padahal, rata-rata bangunan rumah warga di sana berpondasi cukup tinggi mencapai setengah meter dari permukaan tanah.


"Airnya kalau di dalam rumah setinggi pinggang. Tapi kalau kita turun ke halaman bisa setinggi dada, yang sekitar 1 meter lebih lah," katanya.


Seingat dia, banjir mendadak itu terjadi sekitar 2 jam lamanya. Air baru surut sekitar pukul 18.00 Wita menjelang waktu Magribh.


"Banjirnya surut pas magribh. Tetapi sisa lumpur dan genangan tetap ada sampai beberapa hari," katanya.


Warga lainnya, Sri Handayani (23) mengatakan, pasca kejadian banjir 17 Juni 2022 hingga saat ini, warga belum menerima bantuan dari pemerintah.


"Belum ada sama sekali bantuan. Datang ke sini juga belum ada dari pemerintah. Kami berharap pak Gubernur (NTB) pak Bupati (Lombok Barat) turun ke bawah, lihat kondisi kami," katanya.


Banjir tanpa hujan yang terjadi di wilayah Dusun Buwuh, Desa Mambalan, 17 Juni 2022 silam, tak hanya menyisakan trauma bagi warga di sekitar bantaran. Sejumlah kerugian juga dirasakan tak kurang dari 28 petani yang sawahnya rusak dihantam banjir. Perusahaan Rinjani Koi Farm yang lokasinya berdekatan pun mengalami kerugian. 


Air bah yang datang saat itu, diduga akibat bobolnya dinding pembatas di proyek pembangunan Bendungan Meninting.

TerPopuler