Sekjen Hasto Bekali Mahasiswa Unram Pemikiran Geopolitik Soekarno -->

Sekjen Hasto Bekali Mahasiswa Unram Pemikiran Geopolitik Soekarno

Kamis, 15 September 2022, Kamis, September 15, 2022

 


FOTO.  Rektor Unram Prof  Prof Bambang Hari Kusumo, bersama Sekjen Hasto Kristiyanto, Pangdam IX Udayana dan Anggota DPR RI dapil NTB H. Rachmat Hidayat saat kuliah umum di Rektorat Unram lantai III.



MATARAM, BL -  Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Universitas Mataram dengan mengangkat tema Pemikiran Geopolitik dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negeri di Lantai 3, Kantor Rektorat Universitas Mataram (Unram), Kamis (15/9).


Doktor Ilmu Pertahanan, Universitas Pertahanan Republik Indonesia itu, menegaskan, Provinsi NTB, harus dibangun dengan berdasar pemahaman geopolitik, khususnya menyangkut potensi sumber daya yang dimiliki. 


"NTB ini, kaya akan tembakau, jagung dan lobster. Tapi kenapa tembakau NTB tidak bisa masuk pasar dunia. Begitupun lobster kita. Ngapain juga harus harus ekspor jauh-jauh dari Vietnam. Harusnya Unram bersama Pemprov, berkolaborasi dan berperan mengembangkan hilirisasi pada produk sumber daya yang dimiliki masyarakat NTB," jelas Hasto.


FOTO. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat memberikan kuliah umumnya



Menurut Hasto, dengan adanya kolaborasi antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi, maka salah satu komoditas andalan NTB. Yakni,  lobster harusnya ilmu dari negara penghasil terbesar yakni, Vietnam harus dibajak teknologinya. 


Termasuk, pengembangan tembakau Lombok dengan bekerjasama dengan negara Kuba. 


"Pembajakan yang saya maksud, adalah dengan mengintegrasi para nelayan NTB dengan ilmu dan teknologi lobster-lobster yang ada di Vietnam. Termasuk juga teknik pertembakuan di negara Kuba. Disitu, Unram harus menjadi inkubator utamanya dalam menggerakkan dan mengembangkan lobster NTB yang dikenal menjadi daerah penghasil terbesar di Indonesia," tegas Hasto. 


Ia meminta civitas akademika Unram dan mahasiswanya agar bisa merespons keadaan itu. Yang pertama adalah akademisi harus memperkuat penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, lewat perbanyakan riset dan inovasi. Selain itu, kampus juga harus bisa melakukan kaderisasi kepemimpinan mahasiswa.


“Perguruan tunggi, harus  mempersiapkan seluruh aspek kepemimpinan nasional dengan membangun kesadaran cara pandang geopolitik dalam mendayagunakan seluruh potensi instrument of national power bagi ketahanan nasional, kemajuan pembangunan, dan pertahanan negara Indonesia,” papar Hasto.


Menurut Hasto, sesuai hasil penelitiannya dalam disertasi mengenai pemikiran geopolitik Sukarno di Universitas Pertahanan, pendidikan menjadi faktor terpenting kedua setelah variabel kepentingan nasional, jika Indonesia mau maju.


“Perguruan Tinggi harus menjadi salah satu motor penggerak kemajuan. Perguruan Tinggi menjadi pelopor tindakan yang bersifat progresif revolusioner dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi melalui riset dan inovasi yang berpihak pada kemajuan bangsa,” beber Hasto.


FOTO. Gubernur NTB Zulkieflimansyah 


Politikus senior PDI Perjuangan tersebut mengatakan, bahwa kampus bisa menjadi pusat pemikiran yang kritis dan menjadi ujung tombak pembangunan serta kemajuan bangsa Indonesia, dengan perkembangan zaman yang semakin modern.


"Kampus adalah pusat pemikiran-pemikiran kritis bagi kemajuan kita sebagai bangsa Indonesia. Maka ketika bertemu para mahasiswa dimana pun dia berada, selama dia memiliki spirit yang sama dengan Bung Karno, Bung Hatta para founding fathers lainnya, maka kita akan berbicara tentang masa depan," papar Hasto.


Mantan Anggota DPR RI Periode 2004-2009 itu, mendaku bahwa, Presiden Soekarno saat memproklamirkan kemerdekaan Indonesia sudah memikirkan kemajuan bangsa Indonesia hingga 100 tahun ke depannya.


"Pemikiran Bung Karno bahwa Indonesia akan terus menjadi negara yang maju dan berkembang di masa depan," tegas Hasto.


Dia menjelaskan, Bung Karno, Bung Hatta, Kiai Haji Agus Salim adalah sosok pembelajar. Mereka sosok yang maju, karena daya imajinasi dan daya kepemimpinan intelektualnya.


Pada tahun 1927 dalam usia 26 tahun, Bung Karno karena kemampuannya dalam memperkirakan masa depan, karena karena dirinya pembelajar yang baik dan sudah berani menyatakan bahwa Indonesia akan merdeka.


FOTO. Anggota DPR RI H. Rachmat Hidayat (dua kiri) saat mendampingi Sekjen Hasto Kristiyanto (tiga kiri) 


Selain itu, lanjut Alumnus UGM itu, juga menilai pengaruh pemikiran Soekarno terhadap dunia sangat besar, terutama atas pelaksanaan Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Nonblok yang telah ikut merubah sistem internasional.


"Pemikiran geopolitik Soekarno sangat relevan di dalam membangun kekuatan pertahanan negara dan kepemimpinan Indonesia bagi dunia," ucap Hasto.


Kunjungan Hasto ke Unram, merupakan kunjungan ke-14 di perguruan tinggi di Indonesia, setelah Univesitas Syekh Kuala di Aceh, Padang dan wilayah lainnya. 


"Saya keliling ke semua daerah di Indonesia dalam rangka mengisi kuliah umum, adalah untuk mengenalkan ilmu Geopolitik yang didalamnya termaktub ilmu kepemimpinan geografis. Ini karena geografis itu, kita bangun permanen. Sebab, keploporan Soekarno, sudah sangat luar biasa dan dikenal selama ini di dunia," tandas Hasto Kristianto.  


FOTO. Rektor Unram Prof Bambang Hari Kusumo, saat menyampaikan sambutannya.


Sementara itu, Rektor Unram Prof Bambang Hari Kusumo, dalam kesempatan tersebut menjelaskan, bahwa kehadiran Hasto, adalah  sebagai Dosen Universitas Pertahanan. 


Rektor juga menekankan pentingnya mahasiswa tidak melupakan sejarah. Sebab. Banyak negara yang hancur justru karena melupakan sejarah. Itu sebabnya, pemikiran Bung Karno selalu relevan dengan kondisi saat ini.


"Inilah yang masih menjadi PR kita bersama. Bagaimana, pemikiran Bung Karno menjadi mudah. Mudahan nggak sulit kita lakukan," kata Rektor.


Guru Besar alumnus perguruan tinggi New Zealand ini, tak lupa menceritakan pengalamannya selama menempuh pendidikan  di sana. Yakni, bagaimana generasi muda sudah ditanamkan pendidikan karakter semenjak pendidikan usia dini hingga ke SMA. 


"Jadi, setelah mereka masuk ke  perguruan tinggi, karakter mahasiswa sudah terbentuk. Itu sebabnya, masyarakat New Zealand, lebih khawatir generasi muda kehilangan karakter dibanding dengan nilai nilai akademis pelajaran mereka," ungkap Prof Bambang Hari Kusumo. (R/L..)


TerPopuler